PARIWISATA DAN LINGKUNGAN HIDUP
Poto: Imad AziziPariwisata menjadi salah satu industri yang tumbuh dominan dan memiliki peran penting dalam aspek kehidupan manusia di berbagai belahan dunia. Peran utama pariwisata sebagai katalisator perubahan dimulai ketika disadari bahwa masyarakat dunia mengeluarkan biaya untuk mengadakan perjalanan ‘travel’ ke tempat tujuannya (lebih dari 25 mil dari tempat tingalnya) melebihi US$ 2 trilyun di tahun 1986, sedangkan anggaran Militer dunia hanya mengeluarkan biaya tidak lebih dari US$ 1 trilyun sampai tahun 1987. Jumlah turis internasional berkembang dari 170 juta di tahun 1971 menjadi 635 juta di tahun 1998. Di tahun 2000, 700 juta orang mengadakan perjalanan ke luar negeri dan 62 persen diantaranya dengan tujuan berekreasi dan bersenang-senang (leisure). Seiring dengan berkembangnya teknologi penerbangan dengan bertambahnya jumlah ‘seat’ penumpang pesawat udara serta teknologi komputer/internet sebagai fasilitas pendukung perjalanan, maka pariwisata dunia secara umum diperkirakan akan terus mengalami peningkatan. Organisasi Pariwisata Dunia (WTO, World Tourism Organisation, 2002) memprediksi di tahun 2020 sebanyak 1,5 milyar turis akan menghabiskan US$ 2 trilyun atau lebih dari US$ 5 milyar setiap hari.
Pariwisata menyumbang lebih dari 10 persen dari total GNP (Gross National Product) dunia dan secara langsung maupun tak langsung menampung sekitar 200 juta pekerja baru. Secara global maupun dalam skala nasional, pariwisata merupakan sektor ekonomi penting yang bertumbuh cepat sampai hari ini dan menjadi kontributor GDP (Gross Domestic Product) dari berbagai negara terutama di negara berkembang yang memiliki pulau tropis. Seperti halnya di Karibia, 30-50 persen dari total pendapatannya bersumber dari pariwisata. WTO (2002) mengestimasi pendapatan dari sektor ini sekitar 25 persen dari total ekspor dari negara-negara sekitar Pasifik (Pasific Rim) dan lebih dari 35 persen khusus untuk kepulauan Karibia.
Satu diantara sekian karakter dari pariwisata adalah bahwa pariwisata sangat tergantung pada kebersihan atau lingkungan yang asli dan alami. Hal ini mengarah pada argumen bahwa pariwisata, karena itu, harus membenahi diri secara alami dengan konsep pembangunan berkelanjutan (‘mass’ ke ‘soft tourism’). Semenjak hal tersebut digaungkan dan dipromosikan untuk memproteksi dan melestarikan lingkungan, maka suksesnya pembangunan berkelanjutan khususnya pariwisata sangatlah bergantung pada kualitas lingkungan. Meskipun terdapat beberapa kategori pariwisata yang kurang hubungannya dengan lingkungan, tapi secara umum kenyamanan berwisata tetap tergantung pada lingkungan yang bersih baik di pemukiman maupun di pusat kota. Pada saat turis berada di tempat tujuannya, mereka akan terusik dan tergangu jika terlihat sampah dimana-mana, kesemrawutan, udara yang kotor/berasap mengiringi perjalanannya serta tidak tersedianya sarana pendukung yang layak.
Dari tinjauan ekologis, hal inipun secara langsung maupun tidak langsung berhubungan erat dengan keberadaan lingkungan. Satu yang tak dapat dipungkiri bahwa pariwisata seperti berwisata di wilayah pesisir dan pulau memiliki hubungan yang erat dengan lingkungan dan kebersihan air laut. Yang pasti banyak hotel dan resort walaupun setidak-tidaknya telah mengklaim lokasinya dengan keberadaan lingkungan yang alami. Faktor-faktor lingkungan yang umum seperti keberadaan pantai dan matahari tropis yang hangat dapat menarik turis. Turis tak akan datang kembali jika daerah tujuan tersebut telah tercemar, kotor dan tidak menarik lagi. Hal yang ingin ditekankan disini, bahwa pariwisata sangat bergantung dan membutuhkan lingkungan yang besih, alami dan asli sesuai keinginan turis. Hal ini juga tentunya seiring dengan keinginan kita masyarakat yang menghendaki adanya kebersihan, ketertiban dan keharmonisan dengan lingkungan.
Berbagai organisasi dunia menyangkut pariwisata dan lingkungan menyepakati bahwa pariwisata hendaknya merangkul prinsip-prinsip berkelanjutan dengan menghargai daya dukung lingkungan (carrying capacity), tanggungjawab sosial dan kesatuan aktifitas pariwisata dengan keinginan penduduk lokal. Dengan usaha yang berkelanjutan diharapkan nantinya aktifitas pariwisata menjadi alat informasi pengetahuan, mendukung kesatuan ekosistem, memberi keuntungan bagi penduduk, memelihara lingkungan dan menghormati budaya serta tradisi lokal.. Ukuran suksesnya pariwisata bukan hanya jumlah pengunjung belaka (kuantitas) tetapi oleh lamanya tinggal, uang yang dipakai selama kunjungan dan kualitas pengalaman. Pada akhirnya dicapai kepuasan, memberi gairah kepada turis dengan membawa pengetahuan baru di tempat asalnya dan membagi cerita kepada teman-temannya apa yang diperolehnya. Hal ini tentunya akan menarik pengunjung baru dan akan tetap memberi peluang bagi kelanjutan bisnis pariwisata terus menerus.
Prinsip dari pengembangan pariwisata berkelanjutan dinyatakan dengan penggunaan secara optimal sumberdaya alam dan budaya dalam kerangka keseimbangan dan menyokong pengembangan perekonomian nasional secara keseluruhan. Menyediakan kesan khusus bagi turis di satu sisi, dan disisi lain meningkatkan kualitas kehidupan penduduk lokal. Ini bisa dicapai hanya dengan kerjasama permanen antara pemerintah, sektor swasta dan penduduk lokal. Pariwisata berkelanjutan adalah industri yang diusahakan menekan dampak negatif pada lingkungan dan budaya lokal, dengan membantu meningkatkan pendapatan, pekerjaan, dan konservasi ekosistem setempat. Hal ini merupakan pariwisata bertanggungjawab yang sensitif terhadap nilai-nilai ekologi dan budaya. Maka dari itu hendaklah kita selaku yang mengaku pecinta alam dan demi meningkatkan pariwisata, sama sama kita jaga keasrian lingkungan hidup disekitar kita, agar taraf ekotourism di daerah kita bisa melejit dan lebih menarik perhatian turis untuk datang.
Penulis: Imad Azizi (Anggota LEPPAMI Cabang Pontianak)
0 komentar:
Posting Komentar